Enaknya Vagina Anak Sd [TOP]
Click Here >> https://tiurll.com/2t8neV
Bibir vagina yang kecil, sedikitnya bantalan lemak, dan belum tumbuhnya rambut kemaluan menyebabkan vagina memiliki pertahanan yang lemah terhadap serangan kuman yang berasal dari anus. Terlebih, posisi anus sangat berdekatan dengan vagina. Kemungkinan feses mengontaminasi vagina pun jadi lebih besar.
Karena itu, anak perempuan Mama bisa mengalami keputihan. Keputihan pada anak bisa berwarna jernih, putih, kuning, atau hijau. Aromanya pun bervariasi, dari yang tidak berbau hingga berbau menyengat.
Sementara itu, peradangan vagina dapat disebabkan oleh penggunaan berlebihan sabun, deterjen, parfum, serta pelembut atau pewangi pakaian. Kontak dengan urine atau feses dalam jangka waktu lama seperti pada penggunaan popok sekali pakai juga bisa picu radang vagina.
Untuk menentukan penyebab keputihan pada anak dengan tepat, perlu dilakukan pemeriksaan area kewanitaan. Namun, jangan khawatir, pemeriksaan area kewanitaan pada anak tidaklah menyeramkan. Dokter akan berusaha sebisa mungkin membuat anak dan orang tua tetap nyaman.
Anak kecil akan diperiksa di pangkuan ibunya, sementara anak berusia lebih besar dapat duduk dengan posisi kaki seperti kodok agar mempermudah proses pemeriksaan. Dokter akan mengambil cairan keputihan untuk diperiksa lebih jauh di laboratorium sehingga penyebabnya bisa diketahui. Dengan demikian, dokter dapat memberikan terapi yang tepat.
Jagalah kebersihan area kewanitaan dan anus anak Mama setiap hari. Mama dapat menyeka area kewanitaan anak menggunakan tisu. Proses ini harus dilakukan dari depan ke belakang, yaitu dari vagina ke anus, bukan sebaliknya.
Karena itu, selalu keringkan area kewanitaan anak Mama pakai tisu kering tiap kali cebok. Belikan anak celana dalam yang terbuat dari katun. Hindari penggunaan celana dalam dengan bahan yang sulit menyerap keringat.
Apabila anak Mama mengalami keputihan yang berbau menyengat, segera hubungi dokter untuk memperoleh pemeriksaan lanjutan. Lebih mudah dan cepat, pakai layanan Tanya Dokter di aplikasi KlikDokter, solusi #JagaSehatmu.
Penyebab vagina anak bau ada bermacam-macam. Tapi yang paling umum adalah kurangnya higienitas. Aktivitas yang berlebih dapat memicu keringat, termasuk di area kemaluan Si Kecil. Kondisi ini tentu menyebabkan lembap di vagina, yang jika tak dijaga kebersihannya bisa memunculkan bau tak sedap.
Namun, vagina berbau bisa juga dibarengi dengan kondisi vagina kemerahan, gatal, dan sakit saat buang air kecil. Jika itu yang terjadi pada Si Kecil, bisa jadi ia mengalami vulvovaginitis, yaitu peradangan pada vulva dan vagina yang bisa disebabkan oleh bahan pakaian, zat kimia, sabun, obat, atau bahkan benda asing.
Membasuh vagina yang benar adalah mengusapnya dari bagian depan ke belakang, atau menuju ke anus. Hindari membasuh vagina dari belakang ke depan, karena bakteri dari anus sangat mungkin akan ikut terbawa ke depan atau menuju ke vagina. Ini akan membuat vagina anak bau.
Itulah yang perlu diperhatikan mengenai gangguan kelamin pada anak. Jika kondisi di atas terjadi pada Si Kecil, segera hubungi dokter melalui aplikasi Halodoc agar bisa segera melakukan perawatan. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga!
Selain kertas toilet, beberapa benda yang jadi penyebab umum keputihan pada anak adalah benda asing non-infeksi, seperti bedak, salep, parfum, pewarna dalam deterjen, pelembut kain, dan cairan lainnya.
Mengutip Nationwide Children's, jenis infeksi vagina yang berbeda, termasuk keputihan pada anak, memerlukan jenis pengobatan yang berbeda pula. Beberapa infeksi vagina perlu obat antibakteri khusus dan hanya tersedia dengan resep dokter.
Sebagai orang tua, Anda mungkin merasa khawatir apabila anak Anda yang sudah berpacaran melakukan seks pranikah. Namun, Anda perlu menyadari bahwa aktivitas seksual tidak hanya rentan dilakukan oleh remaja yang sudah memiliki pacar. Remaja (bahkan anak) pun rentan mengalami pelecehan seksual di lingkungan terdekat mereka seperti sekolah dan tempat tinggal. Data KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) pada tahun 2019 menunjukkan bahwa terdapat 123 anak korban kekerasan seksual di lingkungan sekolah dari SD hingga SMA. Tidak harus dalam bentuk perkosaan, kekerasan seksual memiliki banyak bentuk. Mengajarkan Ananda menolak sentuhan tak pantas bisa menyelamatkan mereka dari bahaya kekerasan seksual.
Sedini mungkin. Pendidikan seks sejak dini kini menjadi keharusan mengingat angka kekerasan seksual pada anak makin tinggi. Namun, jika Anda merasa terlambat memulai pendidikan seksual pada remaja, mulailah sekarang karena lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali.
Kenalkan bagian tubuh sesuai namanya, termasuk organ intim. Tujuannya, agar anak dapat menunjukkan dengan tepat atau bercerita dengan jelas organ tubuh mana yang mengalami sentuhan tak pantas jika hal ini terjadi padanya. Hal ini juga mengikis rasa malu ketika mengucapkan istilah penis, testis, vagina dalam konteks yang tepat.
Saat mengenalkan organ tubuh, ada baiknya orang tua juga menunjukkan bagian mana saja yang boleh atau tidak boleh disentuh dan dilihat oleh orang lain, dan tidak pantas jika orang lain memperlihatkan dan meminta anak menyetuhnya. Area pribadi ini antara lain penis, testis, vagina, anus, pantat, dada, dan mulut.
Saat anak masuk usia sekolah, mungkin Anda akan mulai mendapat penolakan saat ingin menciumnya. Hargai pendapatnya karena kemampuan Ananda menolak hal yang membuatnya tak nyaman adalah modal penting untuk mencegah terjadinya kekerasan seksual. Hal ini juga berlaku ketika ada kerabat yang lebih tua yang ingin menggendong, bersalaman, atau malah menciumnya gemas. Jangan memaksa anak dengan alasan kesopanan. Jika anak terlihat tak nyaman namun tak berani mengungkapkan, bantu ia mengatakannya pada kerabat.
Anda mungkin syok saat anak bercerita ia melihat adegan dewasa di ponsel pamannya. Namun, tetap tenang adalah hal terbaik yang bisa Anda latih sejak sekarang. Respon negatif yang diingat anak atas topik seks akan membuatnya takut dan enggan menanyakan hal ini kembali pada Anda, termasuk saat ia beranjak remaja.
Menurut Alzena Masykouri, M.Psi, Psikolog, remaja yang sudah memiliki informasi, pemahaman, dan tanggung jawab terhadap diri sendiri akan lebih waspada ketika menerima sentuhan tak pantas atau berada dalam situasi yang membuat mereka tak nyaman. Kewaspadaan ini dapat dikatakan sebagai intuisi yang berkembang seiring dengan tumbuh kembang anak.
Artinya, orang tua berperan besar dalam menanamkan pemahaman tentang kepemilikan tubuh, batasan sentuhan, ketegasan menolak secara terus menerus hingga anak tumbuh menjadi remaja yang bisa melindungi dirinya dari kekerasan seksual.
Tak hanya orang dewasa, sakit kemaluan juga bisa terjadi pada anak kecil. Rasa sakit yang muncul pada kemaluan bisa dipicu oleh beberapa kondisi. Sebagai orangtua, Anda memiliki peran penting untuk mengetahui gejala dan penyebab ketika anak mengeluh kemaluannya sakit. Simak pembahasan selengkapnya di bawah ini.
Jika anak perempuan Anda mengeluh bagian bawah yang sakit atau menggaruk area kemaluan terus, ia mungkin menderita vulvovaginitis. Anak kecil yang belum mengalami pubertas sangat rentan terhadap vulvovaginitis .
Lydia melaporkan pemerkosaan yang dialami ketiga anaknya, semuanya masih di bawah 10 tahun. Terduga pelaku adalah mantan suaminya, ayah kandung mereka sendiri, seorang aparatur sipil negara yang punya posisi di kantor pemerintahan daerah.
Lydia bukan namanya sebenarnya. Seorang ibu tunggal, setelah bercerai, ketiga anaknya ikut bersamanya. Mereka tinggal di Luwu Timur, sebuah kabupaten perbatasan di Sulawesi Selatan, 12 jam berkendaraan dari Kota Makassar.
Si anak beralasan, lebam-lebam itu karena jatuh saat bermain kejar-kejaran. Lydia menyarankan agar mereka berhati-hati. Meski demikian, bukan saja luka lebam, perilaku anak-anaknya berubah drastis, lebih suka diam, sering memukul. Malas makan. Sering pusing dan muntah.
Pada satu malam awal Oktober 2019, saat Lydia mencuci piring, anak bungsunya berteriak bahwa kakaknya mengeluh sakit pada bagian vagina. Lydia segera mendekati anak sulungnya, memeluknya dari belakang sambil mengusap-usap pundak.
Ia meraih ketiga anaknya, menangis bersama. Kepalanya seakan meledak, ingin berteriak. Ketika berusaha berdiri menuju kamar mandi, untuk melepaskan tangis, ia terjatuh. Kakinya terasa kehilangan tulang.
Emosinya pelan-pelan mampu ia lepaskan. Lalu memeriksa anak-anaknya, menemukan luka di bagian vagina dan anus. Pada malam yang terasa berjalan pelan dan panjang itu, ia menatap anaknya tertidur. Kebingungan. Kelelahan. Ia tak bisa tidur sampai pagi.
PADA pekan kedua Oktober 2019, membawa ketiga anaknya, Lydia pergi ke kantor Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak, Dinas Sosial Luwu Timur. Di unit inilah, idealnya, seorang yang mengadukan kasus kekerasan bisa mendapatkan perlindungan.
Bukan pertama-tama memprioritaskan ruang aman bagi Lydia dan ketiga anaknya, Firawati malah menghubungi terduga pelaku, mengabarkan ada pengaduan atas dugaan kasus pencabulan, sehingga mantan suami Lydia itu datang ke kantor Pusat Pelayanan.
Bukan cuma Lydia dan ketiga anaknya berada dalam situasi rentan saat terduga pelaku mendatangi mereka, mantan suaminya itu seketika mendamprat Lydia dengan tuduhan mengajari ketiga anaknya mengadu, mengoceh kalau Lydia tidak becus mengasuh masa depan ketiga anaknya.
Keesokan harinya, Lydia dan ketiga anaknya diminta datang lagi ke kantor dinas Firawati. Dari proses ini, ketiga anaknya diperiksa secara psikologis oleh seorang petugas dari Puspaga, akronim untuk Pusat Pembelajaran Keluarga, unit kerja di Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak. Belakangan diketahui si petugas itu tidak memenuhi kualifikasi sebagai psikolog anak.
Polisi menerima laporan Lydia pada 9 Oktober 2019. Seorang petugas polisi wanita mengantarkan ketiga anaknya ke sebuah Puskesmas untuk visum, tanpa pendampingan. Kemudian, ketiganya dimintai keterangan oleh penyidik berseragam, tanpa didampingi Lydia, penasihat hukum, pekerja sosial ataupun psikolog. 2b1af7f3a8